KENAKALAN REMAJA MENURUT PANDANGAN AGAMA ( Pemuda dan Sosialisasi )
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
mayarakatnya. Kartini Kartono (1988) mengatakan remaja yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga
perilaku mereka dinilai oleh masyarakat oleh suatu kelainan dan disebut
”kenakalan”. Dalam Bakolak inpres No: 6/ 1977 buku pedoman 8, dikatakan
bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja
yang bersifat antisosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan
hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988) mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum, yaitu:
1) Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja menjadi tiga tingkatatan:
1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tanpa izin.
3) Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.
TEORI TABIAT MANUSIA
Pakar psikologi konseling membuat berbagai teori untuk menjelaskan pembentukan tabiat manusia. Corey (1986) menyatakan beberapa teori pentingyang menjelaskan tabiat itu ialah:
Teori psikoanalisis yang diasaskan oleh Frued. Teori ini menyatakan tabiat manusia pada asalnya jahat karena dipengaruhi oleh unsur-unsur rangsangan seksual, kuasa agresif dan tdak rasional yang terwujud dalam diri manusia yang bertujuan menjaga survival perkembangan hidupnya. Unsur-unsur itu bertindak di dalam diri manusia secara membabi buta (tidak sadar). Kombinasi unsur-unsur itu dan konflik hidup semasa kecil yang tidak dapat diselesaikan pada masa itu akan menjadi puncak dan penentu tabiat anak pada masa depan.
Teori analisis transaksi. Teori ini menerangkan tabiat manusia terbentuk hasil dari script hidup yang ditentkan oleh orang tua. Semasa kecil anak akan merekamkan secara langsung apa saja saja percakapan dan perbuatan yang ditayangkan oleh orang tua kepada mereka. Konflik akan berlaku apabila anak itu mencoba menilai semua script hidup yang lama atau menerbitkan script hidup yang baru dihasilkan dari perkembangan emosi pikirannya dan pengaruh sekitarnya.
Teori behaviorisme. Menurut teori ini tabiat dan tingkah laku manusia terbentuk dari proses pembelajaran dan evolusi sekitarnya. Tabiat manusia menjadi masalah apabila mereka menerima pembelajaran dan lingkungn yang salah, walaupun mereka sendiri yang mencipta sistem pembelajaran atau membentuk lingkungannya.
Teori pemusatan klien. Teori ini mengistilahkan bahwa tabiat manusia semula adalah baik, rasional, bertanggung jawab, dan berusaha menciptakan kesempurnaan diri. Walau bagaimanapun manusia juga cenderung menjadi kecewa dan bermasalah apabila keperluan mencapai kesempurnaan diri dihalang seperti gagal mendapat kasih sayang, keselamatan, dan sebagainya.
Pandangan teori di atas tentang tabiat manusia adalah sebagian dari pandangan Islam. Mereka mengkaji tabiat manusia dari aspek luar saja dengan merujuk kepada faktor lingkungan, kemahiran orang tua dan keperluan jasmani. Keadaan ini berlaku karena mereka tidak dibimbing oleh Al-Qur’an dan kajian itu dibuat berdasarkan latar belakang kehidupan masyarakat di barat.
Peralihan zaman alam kanak-kanak menuju alam dewasa adalah suatu masa yang penting kepada remaja karena pada masa ini mereka akan menentukan konsep dirinya atau siapakah diri aku atau suatu proses menentukan konsep jati diri pada dirinya. Rogers (1985) menyatakan antara perubahan nyata yang berlaku pada akhir masa remaja ialah:
o Perubahan fisik
o Perubahan emosi dan fikiran
o Narcisme
o Mengikuti kumpulan
o Menentang kekuasaan
FAKTOR KENAKALAN
Berdasarkan pandangan Islam dan sokongan teori psikologi konseling barat, puncak kenakalan remaja dibagi dalam empat faktor:
1. Faktor keluarga
Akhlak anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebagian besar masanya berada dalam lingkungan keluarga. Ini menunjukan perkembangan mental, fisik dan sosial adalah di bawah kawalan orang tua atau berdasarkan kepada skrip hidup yang berlaku dalam sebuah rumah tangga. Oleh yang demikian jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncaknya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri. Isu pembawaan keluarga itu ialah:
1) Status ekonomi orang tua yang rendah dimana anak tumbuh besar dalam keadaan terlantar.
2) Kehidupan orang tua yang penuh dengan maksiat.
3) Orang tua lebih mementingkan pekerjaan daripada menjaga kebajikan keluarga.
4) Rumah tangga yang tidak kokoh atau bercerai berai.
5) Syiar Islam tidak kokoh dalam rumah tangga.
2. Faktor pribadi yang kotor
Pribadi yang kotor adalah merujuk kepada seseorang yang rusak akhlaknya atau mempunyai sifat-sifat yang keji (mazmumah) seperti pemarah, tamak, dengki, pendendam, sombong, tidak amanah, dsb. Keadaan ini berlaku karena individu itu telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu, hasil daripada pendendam dan pengalaman yang diterima sejak kecil. Pribadi yang kotor mungkin telah bermula sejak kecil dan kemudian diperkukuh pula apabila anak itu melalui masa remaja. Dengan kata lain pribadi fitrah anak telah menjurus kepada pribadi yang jiwanya kotor.
3. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat memberi pengajaran dan pendidikan kedua kepada anak setelah orang tua. Faktor sekolah yang mempengaruhi seorang anak ialah:
Disiplin yang longgar
Orang tua tidak mengetahui kemajuan dan pencapaian anak di sekolah.
Guru tidak mengetahui masalah yang dihadapi murid-murid.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merujuk pda peranan masyarakat, multimedia, dan pusat-pusat hiburan yang menyediakan berbagai produk yang boleh menggalakkan dan meningkatkan rangsangan seksual.
Aktivitas faktor lingkungan yang akan merusak akhlak manusia contohnya, persembahan konser rock, pusat-pusat video game, aborsi, pergaulan bebas lelaki dan perempuan, penyiaran gambar porno, merebaknya pusat-pusat hiburan yang berunsur seks, dan aktivitas simbol seks seperti pertandingan ratu cantik dan pertnjukan fesyen wanita.
Rasulullah SAW mengajarkan kaidah-kaidah dalam program bina insan sebagai pengajaran tentang pembentukan akhlak manusia, yaitu meliputi:
Kaedah pendidikan hati
Kaedah menghayati ibadat khusus
Kaedah Qiyamullail
Singgih D. Gumarso (1988) mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum, yaitu:
1) Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja menjadi tiga tingkatatan:
1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tanpa izin.
3) Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.
TEORI TABIAT MANUSIA
Pakar psikologi konseling membuat berbagai teori untuk menjelaskan pembentukan tabiat manusia. Corey (1986) menyatakan beberapa teori pentingyang menjelaskan tabiat itu ialah:
Teori psikoanalisis yang diasaskan oleh Frued. Teori ini menyatakan tabiat manusia pada asalnya jahat karena dipengaruhi oleh unsur-unsur rangsangan seksual, kuasa agresif dan tdak rasional yang terwujud dalam diri manusia yang bertujuan menjaga survival perkembangan hidupnya. Unsur-unsur itu bertindak di dalam diri manusia secara membabi buta (tidak sadar). Kombinasi unsur-unsur itu dan konflik hidup semasa kecil yang tidak dapat diselesaikan pada masa itu akan menjadi puncak dan penentu tabiat anak pada masa depan.
Teori analisis transaksi. Teori ini menerangkan tabiat manusia terbentuk hasil dari script hidup yang ditentkan oleh orang tua. Semasa kecil anak akan merekamkan secara langsung apa saja saja percakapan dan perbuatan yang ditayangkan oleh orang tua kepada mereka. Konflik akan berlaku apabila anak itu mencoba menilai semua script hidup yang lama atau menerbitkan script hidup yang baru dihasilkan dari perkembangan emosi pikirannya dan pengaruh sekitarnya.
Teori behaviorisme. Menurut teori ini tabiat dan tingkah laku manusia terbentuk dari proses pembelajaran dan evolusi sekitarnya. Tabiat manusia menjadi masalah apabila mereka menerima pembelajaran dan lingkungn yang salah, walaupun mereka sendiri yang mencipta sistem pembelajaran atau membentuk lingkungannya.
Teori pemusatan klien. Teori ini mengistilahkan bahwa tabiat manusia semula adalah baik, rasional, bertanggung jawab, dan berusaha menciptakan kesempurnaan diri. Walau bagaimanapun manusia juga cenderung menjadi kecewa dan bermasalah apabila keperluan mencapai kesempurnaan diri dihalang seperti gagal mendapat kasih sayang, keselamatan, dan sebagainya.
Pandangan teori di atas tentang tabiat manusia adalah sebagian dari pandangan Islam. Mereka mengkaji tabiat manusia dari aspek luar saja dengan merujuk kepada faktor lingkungan, kemahiran orang tua dan keperluan jasmani. Keadaan ini berlaku karena mereka tidak dibimbing oleh Al-Qur’an dan kajian itu dibuat berdasarkan latar belakang kehidupan masyarakat di barat.
Peralihan zaman alam kanak-kanak menuju alam dewasa adalah suatu masa yang penting kepada remaja karena pada masa ini mereka akan menentukan konsep dirinya atau siapakah diri aku atau suatu proses menentukan konsep jati diri pada dirinya. Rogers (1985) menyatakan antara perubahan nyata yang berlaku pada akhir masa remaja ialah:
o Perubahan fisik
o Perubahan emosi dan fikiran
o Narcisme
o Mengikuti kumpulan
o Menentang kekuasaan
FAKTOR KENAKALAN
Berdasarkan pandangan Islam dan sokongan teori psikologi konseling barat, puncak kenakalan remaja dibagi dalam empat faktor:
1. Faktor keluarga
Akhlak anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebagian besar masanya berada dalam lingkungan keluarga. Ini menunjukan perkembangan mental, fisik dan sosial adalah di bawah kawalan orang tua atau berdasarkan kepada skrip hidup yang berlaku dalam sebuah rumah tangga. Oleh yang demikian jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncaknya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri. Isu pembawaan keluarga itu ialah:
1) Status ekonomi orang tua yang rendah dimana anak tumbuh besar dalam keadaan terlantar.
2) Kehidupan orang tua yang penuh dengan maksiat.
3) Orang tua lebih mementingkan pekerjaan daripada menjaga kebajikan keluarga.
4) Rumah tangga yang tidak kokoh atau bercerai berai.
5) Syiar Islam tidak kokoh dalam rumah tangga.
2. Faktor pribadi yang kotor
Pribadi yang kotor adalah merujuk kepada seseorang yang rusak akhlaknya atau mempunyai sifat-sifat yang keji (mazmumah) seperti pemarah, tamak, dengki, pendendam, sombong, tidak amanah, dsb. Keadaan ini berlaku karena individu itu telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu, hasil daripada pendendam dan pengalaman yang diterima sejak kecil. Pribadi yang kotor mungkin telah bermula sejak kecil dan kemudian diperkukuh pula apabila anak itu melalui masa remaja. Dengan kata lain pribadi fitrah anak telah menjurus kepada pribadi yang jiwanya kotor.
3. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat memberi pengajaran dan pendidikan kedua kepada anak setelah orang tua. Faktor sekolah yang mempengaruhi seorang anak ialah:
Disiplin yang longgar
Orang tua tidak mengetahui kemajuan dan pencapaian anak di sekolah.
Guru tidak mengetahui masalah yang dihadapi murid-murid.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merujuk pda peranan masyarakat, multimedia, dan pusat-pusat hiburan yang menyediakan berbagai produk yang boleh menggalakkan dan meningkatkan rangsangan seksual.
Aktivitas faktor lingkungan yang akan merusak akhlak manusia contohnya, persembahan konser rock, pusat-pusat video game, aborsi, pergaulan bebas lelaki dan perempuan, penyiaran gambar porno, merebaknya pusat-pusat hiburan yang berunsur seks, dan aktivitas simbol seks seperti pertandingan ratu cantik dan pertnjukan fesyen wanita.
Rasulullah SAW mengajarkan kaidah-kaidah dalam program bina insan sebagai pengajaran tentang pembentukan akhlak manusia, yaitu meliputi:
Kaedah pendidikan hati
Kaedah menghayati ibadat khusus
Kaedah Qiyamullail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar